Katanya Gue Gak Feminin, Lah Terus?

Gambar sebagai pelengkap; by gooogle

Pernah gak sih lo dibilang, “Kamu tuh gak feminin deh”?

Gue pernah. Dan yang bilang… justru cowok yang paling deket sama gue selama dua tahun terakhir. Iya, dua tahun. Kita ngobrol tiap hari, pergi bareng, sharing mimpi-mimpi, saling support juga saat lagi down. Orang-orang yang lihat kita mungkin mikir kita pacaran. Padahal? Ya gitu deh.

Nah, di antara banyak obrolan santai yang pernah kita punya, ada satu momen yang bikin gue agak mikir dan nyangkut sampai sekarang.

Hari itu, obrolan kita entah kenapa nyerempet ke soal karakter diri masing-masing. Terus, dia bilang,
“Lo tuh gak feminin, lo tahu gak?”

Gue ketawa waktu itu. Tapi dalam hati gue agak mikir,
“Feminin itu maksudnya gimana?”
Dia bilang, “Lo ngomongnya tegas banget, jalan lo tegak, suara lo lantang, cocok jadi pemimpin upacara.”
Gue: “Trus, emang harus gimana? Tiap gue ngomong harus dengan muka imut kah?”
Dia ngakak.


Kita Iseng Nilai Satu Sama Lain...

Dari situ kita malah iseng. Gue bilang, “Oke, sekarang gantian. Gue nilai lo.”
Dan lo tau nggak? Ternyata dia justru punya sisi feminin yang lebih kental dari yang gue kira.

Gue:

  • Lo tuh gerakannya gemulai.

  • Baperan, mudah kepikiran, dan suka overthinking.

  • Suka standby sisiran.

  • Mandi dan siap-siapnya tuh lama banget! 😭

Akhirnya kita sama-sama ketawa dan nyadar, kayak,
“Lah, kok lo yang lebih feminin dari gue?”


Feminin dan Maskulin Itu Nggak Hitam-Putih

Dari perbincangan iseng itu, gue belajar satu hal penting:
Feminin dan maskulin itu bukan soal cowok atau cewek, tapi soal karakter. Dan karakter itu gak bisa dipatok berdasarkan gender.

Gue tegas dan mandiri bukan karena gue pengen jadi “kayak cowok”, tapi karena emang itu gue. Dia sensitif dan lembut bukan berarti dia “nggak cowok”. Kita cuma beda cara mengekspresikan diri.

Gue inget dia pernah bilang, dia suka cewek yang feminin. Tapi anehnya, dia nyaman banget ngobrol dan deket sama gue yang katanya “nggak feminin”. Di situ gue sadar, mungkin kenyamanan itu gak datang dari penampilan atau stereotip, tapi dari koneksi yang tumbuh secara natural.


Lo Jadi Gue, Gue Jadi Lo

Hari itu, kita banyak ketawa. Tapi juga banyak sadar. Kita sempat becanda, “Kalau di-switch, lo jadi cewek dan gue jadi cowok, kira-kira lebih cocok gak ya?”
Dan gue bilang, “Mungkin dunia bakal lebih bingung.”

Tapi justru karena kita beda, kita jadi banyak belajar dari satu sama lain. Dia ngajarin gue buat lebih lembut dan pelan, gue ngajarin dia buat lebih berani dan tegas. Gue jadi sadar, hubungan manusia tuh bukan tentang siapa yang paling "cewek" atau "cowok", tapi tentang saling ngerti dan tumbuh bareng.


Akhirnya, Gue Tulis Cerita Ini...

Gue nulis ini bukan buat ngeluh, bukan buat nyindir, tapi buat ngungkapin satu kesadaran yang tumbuh dari obrolan yang awalnya cuma iseng. Bahwa:

  • Kita gak harus feminin untuk dianggap cewek.

  • Kita gak harus maskulin untuk jadi cowok.

  • Kita cukup jadi diri kita sendiri, dan itu valid.

  • Perbedaan itu bukan buat dibandingin, tapi buat disyukuri dan dipelajari.

Dan kalau lo punya temen yang suka bilang,
“Lo tuh gak feminin”
Coba ajak dia ngobrol balik, tanya pendapatnya, terus nilai dia juga. Siapa tau lo malah nemu sisi unik yang lucu dan bikin lo sadar sesuatu yang lebih dalam.

Jadi buat lo yang pernah atau sering dibilang “gak feminin”, gue pengen bilang:
Lo gak perlu berubah. Dunia ini gak butuh lebih banyak orang yang seragam. Dunia butuh orang yang jujur jadi dirinya sendiri. Dan kalo lo nyaman jadi lo yang sekarang, tegas, ekspresif, kuat, cuek, atau bahkan awkward saat disuruh senyum manis- itu bukan kelemahan. Itu warna lo sendiri.

Dan lo tau apa yang paling feminin dari seorang cewek?
Keberaniannya untuk tetap jadi diri sendiri. 💛

Komentar

Postingan populer dari blog ini

First Love? Cerita First Love Ngenes Versi Gue!

Pengelolaan Stress: Tips Ampuh Mengelola Stress Berlebih